Comments

MEMBANGUN JIWA WIRASWASTA, DENGAN KEYAKINAN

Wiraswasta berasal dari bahasa Sansekerta, kata wira = berani. swa = sendiri, sta = berdiri. Wiraswasta berarti berani berdiri atas kemampuan yang dimiiki sendiri, tanpa bergantung sepenuhnya kepada orang lain.
Wiraswasta yang kita pahami adalah suatu tindakan atau pekerjaan yang tidak bergantung pada orang lain. Prinsip dasar kemandirian merupakan ciri dari orang-orang yang berwiraswasta. Dalam konsep dasar ini, mental wiraswasta tidaklah seperti mental priyayi yang maunya hanya memerintah, juga tidak sama dengan mental punokawan (pembantu), yang setiap perbuatannya atas perintah majikannya tanpa ada inisiatif sama sekali. Mental wiraswasta adalah mental petualang dan pemikir kreatif, semangat kerja tinggi dan tidak pernah berhenti bekerja.
Sebenarnya jika kita cermati sikap mental dan jiwa wiraswasta adalah sikap mental manusia yang mempunyai daya penggerak (daya kebangkitan) untuk mengerahkan segala potensi yang dimilikinya untuk membangun kehidupannya sendiri. Dengan bekal ketrampilan, baik trampil berpikir, trampil berbuat dan trampil mencari terobosan-terobosan kegiatan baru yang mampu menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, tanpa harus menadah tangan kepada orang lain seluruhnya. Pertolongan orang lain tetap dibutuhkan, tetapi tidak sebagai gantungan “benalu kehidupan” untuk selamanya.
Prinsip hidup orang yang berjiwa wiraswasta adalah setiap kebangkitan gerakan olah tubuhnya akan menghasilkan sesuatu produk atau hasil yang bermanfaat pada dirinya. Hukum kausalitas atau hukum sebab akibat diyakini penuh sebagai pegangan oleh para wiraswastawan. Setiap orang yang belajar akan menjadi pandai, setiap orang yang bekerja keras akan menghsilkan produk atau uang (imbalan), setiap orang yang semangat berjuang akan sukses dalam hidupnya. Tentu saja bangkit dan gerakannya ini harus dibarengi dengan keyakinan penuh, jerih payah yang sungguh-sungguh, dan semangat membangun karsa yang kuat dengan landasan ridlo Allah dan belas kasih sayangNya. Kalau semua tersebut dikerahkan secara maksimal, untuk meraih sukses tinggal menunggu waktu. Sekolah sambil bekerja, jika dilakukan tanpa beban akan menghasilkan kesuksesan nikmat luar biasa.

Pendidikan Wiraswasta
Pendidikan yang kita jalani saat ini, setelah tamat, belumlah dapat menjamin kelangsungan hidup untuk mengatasi persoalan kebutuhan, terutama kebutuhan ekonomi. Konsep pendidikan kita adalah konsep pendidikan semu, yang belum menjamin siap pakai bekerja. Secara umum lulusan SD, SLTP dan SLTA masih belum mampu menjadi orang yang mandiri di masyarakatnya. Untuk mengantisipasi keadaan ini, sebenarnya pendidikan wiraswasta merupakan alternatif penawaran untuk diprogramkan dalam pengembangan kurikulum di tingkat SD, SLTP, SLTA bahkan juga di Perguruan Tinggi (PT). Karena banyak lulusan sekolah seperti lulusan SLTA dan SARJANA yang belum siap pakai untuk bekerja dan bahkan tidak tahu apa yang harus dikerjakan setelah terjun di masyarakat. Ironis !
Menurut Dr. Suparman Sumahamijaya, dalam buku MEMBINA SIKAP MENTAL WIRASWASTA, menyatakan bahwa, “pendidikan wiraswasta adalah pendidikan yang bertujuan untuk menempa bangsa Indonesia sesuai dengan kepribadian Indonesia yang berdasar Pancasila. Kewiraswastaan bukanlah hanya sekedar entrepreuneur dalam arti pengusaha, akan tetapi titik beratnya terletak pada pembentukan watak maju dan pembinaan mental maju yang dimulai dari usaha mengendalikan diri dan membersihkan diri dari sikap negatif (miskin) untuk membentuk dan mengembangkan sikap mental maju dan berhasil”.
Dalam pembentukan sikap mental maju, maka seseorang harus terus dilatih berpikir, bersikap, bertindak yang dilandasi dorongan kemauan keras untuk merubah kehidupannya yang lebih layak sesuai dengan tuntutan jaman yang mengharuskan ikut bersaing ketat dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup sejahtera dan bahagia. Proses pembentukan sikap positif (maju) dan sikap mental mandiri bagi setiap manusia harus dilatih sejak kecil di dalam keluarga. Kebebasan berkreasi dan latihan berpikir cerdas haruslah ditanamkan sejak kecil, sehingga aktifitas tersebut menjadi miliknya dalam kehidupan sehari-harinya. Jiwa wiraswasta harus dipola mulai anak lahir sampai menjelang dewasa.
Untuk mengantarkan ke arah itu (wiraswasta), maka dapat ditempuh dengan meresapi beberapa pernyataan-pernyataan kalimat pendorong di bawah ini:
1. Setiap manusia mempunyai perangkat potensi yang dapat dibina dan dibangun ke arah wiraswasta.
2. Kekuatan wiraswastawan terletak pada ketahanan dan keberanian mentalnya untuk melangkah maju.
3. Jiwa kewiraswastaan adalah sikap mental berani menanggung resiko apa yang diperbuatnya sendiri.
4. Prinsip hidup wiraswasta adalah:
a.Di mana ada kemauan di situ ada jalan.
b.Allah (Tuhan) bersama kita, dan kasih sayangNya memberi kekuatan semangat bekerja atau berbuat
c.Hasil dapat diperoleh kalau sudah pernah melakukan pekerjaan dengan penuh kesungguhan.
d.Manusia dapat sukses, karena didorong oleh daya kreatif, daya pikir cerdas dan kemauan keras untuk melakukan cipta-karya.
r.Kemiskinan selain kehendak Allah, karena diakibatkan oleh kebodohan dan kemalasannya.
5. Jiwa wiraswasta dapat dibentuk lewat proses pendidikan dengan metode latihan dn latihan terus menerus. Latihan dalam arti yang luas, adalah latihan menemukan ide, latihan berpikir, latihan membaca keadaan, latihan berkarya, latihan memahami orang lain, latihan menghadapi tantangan kehidupan dan latihan-latihan lainnya.
6. Jiwa wiraswasta selalu belajar memahami apa maunya orang hidup dan untuk apa hidup ini.
7. Jiwa wiraswasra adalah sikap mental yang senang belajar dari keberhasilan orang lain, dan ikut mencari celah dan pola lainnya untuk dapat berhasil seperti yang dilakukan orang yang berhasil tersebut.
Untuk pedoman pegangan dalam melangkah ke dunia kewiraswastaan, ada beberapa kalimat yang patut kita cermati dari Suparman (1980:9), sebagai ciri-ciri orang yang berjiwa wiraswasta, antara lain:
1. Tahu apa maunya, dengan merumuskannya, merencanakan upayanya dan menentukan program batas waktu untuk mencapainya.
2. Berpikir teliti dan berpandangan kreatif dengan imajinasi konstruktif.
3. Siap mental untuk menyerap dan menciptakan kesempatan serta siap mental dan kesiapan kompetisi untuk memenuhi persyaratan kemahiran mengerjakan sesuatu yang positif.
4. Membiasakan diri bersikap mental positif maju dan selalu bergairah dalam setiap pekerjaan.
5. Mempunyai daya penggerak diri yang selalu menimbulkan inisiatif.
6. Bersedia membayar harga kemajuan yaitu kesediaan berjerih payah.
7. Memajukan lingkungannya dengan menolong orang lain, agar orang lain dapat menolong dirinya sendiri.
8. Membiasakan membangun disiplin diri, bersedia menabung dan membuat anggaran waktu dan uang.
9. Tahu mensyukuri dirinya, memanfaatkan waktu dan membangun lingkungannya.
10. Selalu menarik pelajaran dari kekeliruan, kesalahan da pengalaman pahit, serta selalu berkeprihatinan.
11. Menguasai salesmanship (kemampuan menjual), memiliki kepemimpinan dan kemampuan memperhitungkan resiko serta mengamalkan landasan falsafah bangsa.
12. Berwatak maju dan cerdik serta percaya pada diri sendiri.
13. Menyadari arti masterplan dan teamwork, serta membiasakan memberi lebih dari yang diterima.
14. Mampu memusatkan perhatiannya terhadap setiap tujuan.
15. Berkepribadian yang menarik, seni berbicara dan seni bergaul.
16. Jujur, bertanggung jawab, ulet, tekun dan terarah.
17. Memperhatikan kesehatan hati dan jiwa
18. Menjauhkan diri dari sifat iri, rakus, dendam, takut disaingi, khawatir dan ragu-ragu.
19. Tunduk dan bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa untuk mendapatkan ridlonya, beriman dan memperhatikan hukum alam, peraturan dan hukum yang berlaku sebagai pedoman.
20. Tangguh menghadapi persaingan.
Kalimat-kalimat di atas, merupakan ajaran bagi kita yang punya kepedulian terhadap jiwa wiraswasta. Sebenarnya yang perlu kita kaji, bukan kalimatnya, tetapi muatan nilai-nilai yang terkandung dalam menggerakkan jiwa dan sikap mental kita untuk berjuang hidup demi kehidupan kita secara mandiri, tanpa bergantung orang lain.
Jika kita ini, anak dari orang yang berjiwa wirswasta maka tidak hanya orang tua sajalah yang bekerja, sementara kita (anak-anaknya) hanya menadah tangan tanpa membantunya. Memahami sepenuhnya, kalau orang tua tidak berada (miskin), atau tidak ada sesuatu yang diberikan untuk anaknya, maka ”anak jangan berontak”, menyalahkan orang tuanya, bahkan mempersoalkan mengapa hidup ini terlahir dari orang tua miskin? Ini jiwa kerdil namanya, yang tidak memahami tentang arti hidup yang sebenarnya. Jiwa wiraswasta bagi anak, adalah sikap keprihatinan, memiliki pemahaman hidup, menerima ketentuan Tuhan, tetapi tetap mempunyai etos kerja tinggi dan ingin maju. Sebagai kompensasinya, untuk menutupi ketidakmampuan dan kekurangan orang tuanya, haruslah mampu bangkit ikut berdiri menjadi pilar penyangga keluarga. Ini namanya anak yang dijuluki mikul dhuwur, mendhem jero (mengangkat tinggi-tinggi dan menggali dalam-dalam) tentang harkat dan martabat orang tuanya. Tidak hanya sekedar menadah tangan, tanpa memahami apa pekerjaan dan berapa peghasilan orang tuanya. Dan berakhir dengan menyalahkan kodrat Tuhan.

Oleh: Maswan
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

DIREKTORI

ORMIT & MITRA

AD (728x90)

Copyright © LKP AL-QOLAM MUSI RAWAS - All Rights Reserved